Apa pelajaran dari keluarga Gen Halilintar?
Walau harus diakui bahwa setiap keluarga itu unik dan tidak bisa meniru plek plek yang dilakukan keluarga lain, namun menarik untuk menengok seperti apa orang lain mengatur keluarganya. Berikut #9 hal menarik yang saya temui dalam 3 buku Kesebelasan GenHalilintar:
#1 Nilai spiritual yang ditanamkan sejak dini secara konsisten
Nilai spiritual ditanamkan di keluarga ini langsung dari kedua orang tuanya. Kalau keluarga lain biasa menyerahkan masalah pendidikan keimanan kepada pihak sekolah, keluarga ini berusaha untuk melakukannya bersama-sama. Sang Ayah yang selalu membawa keluarganya untuk berbisnis ke sejumlah tempat, memungkinkan waktu bersama yang lebih banyak. Dengan melihat sendiri contoh nyata dari Ayah dan Ibu, nilai-nilai keimanan bisa nempel lebih kuat dalam diri anak-anak.
Hingga hari ini kami masih terus berusaha bagaimana perbedaan dapat disatukan dalam suasana kasih sayang yang berlandaskan ketuhanan. – My Family My Team hal 289
“Jangan pernah malu sekiranya suatu ketika kita miskin, tapi malulah jika berbuat dosa.” – My Brother My Builder hal 103
#2 Banyak anak dianggap sebagai rahmat
Pada kami bukan berarti dengan 11 anak tidak repot, tentu mengalami juga susah payah menghadapi berbagai tingkah dan ragam perilaku masing-masing anak yang berbeda. Yang berbeda inilah yang kita arahkan hingga perbedaan itu menjadi sebuah rahmat, keberkahan, suatu potensi yang dikembangkan dalam rumah tangga.– My Family My Team hal 289
#3 Mengembangkan perbedaan potensi setiap anak
Biasanya dalam keluarga ada kecenderungan satu anak lebih menonjol dari anak yang lain. Dan mulailah orang tua membanding-bandingkan mereka. Pada keluarga GenHalilintar, setiap anak seperti diberi label untuk menunjukkan potensi mereka.
Tidak dapat dipungkiri juga, masing-masing anak sejak lahir ada potensi positif dan ada juga potensi negatif. Yang positif disuburkan, yang dikuburkan. Inilah yang memerlukan program pembinaan terus-menerus, ada program eksternal, ada pula yang internal, dan ada juga yang diramu merupakan kombinasi keduanya. – My Family My Team hal 290
#4 Mendidik anak-anak yang mandiri
Ternyata anak-anak keluarga ini sudah dididik untuk mandiri sejak kecil. Atta pada umur 12 tahun membantu membersihkan plasenta adiknya dan menguburkannya di tanah belakang condo di bawah panduan sang ayah. Ada pula Sajidah Halilintar saat 9 tahun telah membantu menggendong adik bayi. Atau Sajidah yang sudah memasak untuk keluarga dari usia 12 tahun.
Sebenarnya jika seseorang itu membiasakan dengan pekerjaan seperti pernah jadi tukang cuci, tukang masak, cleaning service, delivery barang dan surat, menjajakan kartu perdana prepaid, itu bisa menjadi ajang untuk pendidikan dan latihan membuang gengsi atau sombong dan ego, sehingga menjadi ringan melakukan kerja apa pun, menjadi lebih peduli dengan kesusahan orang lain, menjadi lebih kreatif dan berinisiatif. – My Brother My Builder hal 143
Mengapa keluarga ini tidak memerlukan asisten rumah tangga?
Karena setiap anak saling bantu membantu mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga. Bahkan kerennya mereka mengurus rumah ala manajemen hotel, karena terinspirasi sejumlah hotel yang biasa mereka kunjungi. Ada bagian Kitchen yang mengurus masakan di dapur, Laundry, Housekeeping, Baby sitting untuk anak-anak yang masih kecil, Service and Maintenance, dan lainnya. Semua dikerjakan anak-anak, dan orang tua hanya tinggal duduk manis. Luar biasa!
#5 Sabar menghadapi masa-masa susah
Suatu ketika Fatim yang baru berusia 3 tahun meminta dibuatkan susu. Namun saya hanya menjawab lirih, “Susu sedang habis nak.” Fatim berkata lagi dengan tegar, “Oh…nggak apa-apa, Mi. Teh aja,” Saya timpali lagi, “Teh pun habis sayang.” Fatim menjawab sambil tersenyum, “Ya udah, air putih aja, Mi.” Haru saya mendengar jawabannya. Terasa air mata hampir menetes. Namun saya ingat nasihat ayah anak-anak, “Jangan biarkan air mata keluar karena kesusahan dunia, tapi menangislah apabila berbuat dosa.” – My Brother My Builder hal 102.
“Demikianlah ujian nikmat dan susah sama-sama menguji kita. Ujian nikmat lebih mudah kita menghadapinya sebab akal dan hati mudah merasakannya dan merasakan langsung kenikmatan itu. Ujian susah jauh lebih sulit untuk sabar dan redha, sebab berlawananan dengan nafsu, dengan akal, dengan hati, dan berat kita menanggungnya. Disitulah peran hati dalam mendidik nafsu dan akal. Jika berhasil, nafsu akan terdidik dan akal pikiran akan semakin terbuka. Sedemikian pahit kehidupan yang dialami, namun tidak membuat kita surut, tapi justru terus maju ke depan, tetap berjiwa besar dan bercita-cita besar.” – My Brother My Builder hal 105
Ada pendapat menarik dari Halilintar yang dikutip Geni mengenai menjadi orang yang dimanfaatkan orang lain,
Seseorang datang curhat kepada Halilintar, bahwa dia dalam hidupnya selalu hanya dimanfaatkan oleh orang lain, kemudian ditinggalkan. Halilintar mendengar dan kemudian mengatakan bahwa banyak orang suka mengatakan ingin menjadi orang baik yang bermanfaat untuk orang lain. Nah, bersyukurlah kita telah dimanfaatkan orang dan orang itu mendapat manfaat. Artinya doa dan harapan kita terkabul bahwa kita menjadi orang yang bermanfaat kepada orang lain. – My Brother My Builder hal 151
#6 Keluarga yang kompak
Keren sekali melihat bagaimana keluarga ini begitu kompak muncul bersama di acara-acara TV atau bagaimana keseharian mereka di rumah dalam tayangan channel YouTube keluarga. Kok ya nggak ada yang pakai ngambek-ngambek dan memaksa keinginannya dituruti?
Bisa jadi karena begitu seringnya bersama, anak-anak keluarga ini menyadari sekali kekuatan mereka sebagai keluarga besar. Mereka sangat bangga sebagai anggota keluarga yang kontribusinya dihargai dan saling menguatkan.
Suka sekali membaca mengenai bagaimana 4 anak-anak terbesar sembunyi-sembunyi mengikuti sebuah kompetisi tim. Kalau tim lain biasanya merupakan hubungan pertemanan, ini adalah saudara kandung. Dan mereka memboyong juara pertama. Keluarga GenHalilintar memang keluarga yang suka berkompetisi. Yang penting bukan juaranya (walau mereka memang seringkali memborong kemenangan) tapi ingin anak-anak menjadi orang yang gigih, sungguh-sungguh, tidak mudah menyerah, berjiwa juara sekalipun tidak juara.
#7 Pendidikan 24 jam
Ketika tinggal di Malaysia, 5 anak keluarga ini memang bersekolah formal di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK). Namun sekembali ke Indonesia, mereka memilih untuk menerapkan pendidikan homeschooling. Tidak tanggung-tanggung, jam sekolahnya 24 jam.
Untuk ilmu formal, mereka dibantu oleh guru-guru yang mengajar sesuai kompetensi masing-masing. Terkadang, guru ini mengikuti perjalanan keluarga ke berbagai kota.
Proses belajar mengajar dan pusat kegiatan dilakukan di SMC atau School of Mind Center yang dibuat tidak jauh dari rumah mereka. Di sana mereka mengadakan lectures, motivation, training, coaching untuk berbagai kalangan. Ada juga workshop seperti membuat mini mart, mini cafe X burger, mini boutique, dan lain-lain. Intinya mereka berusaha menerapkan ilmu yang mereka pakai untuk hidup.
“Dulu di zaman orang-orang yang taat, pergi kemanapun mereka belajar, semua tempat-tempat yang mereka kunjungi menjadi tempat ‘pendidikan’ mereka, bahkan ke pasar pun mereka akan mendapat pendidikan.
Sekali lagi, di sini saya menggunakan istilah ‘pendidikan’, bukan tempat mendapatkan ‘pelajaran.’ Sekarang orang sibuk dengan pelajaran dan hafalan tapi lupa dengan pendidikan dan penghayatan.
Pendidikan berbeda dengan pelajaran. Pendidikan berkaitan dengan pembinaan 3 unsur di dalam diri: hati, akal dan nafsu. Sedangkan pelajaran lebih kepada akal semata.” – My Family My Team hal 294
#8 Jalan-jalan yang mendatangkan uang
Kalau kita yang mau jalan-jalan ke restoran bersama keluarga saja mikirnya panjang karena keuangan yang terbatas, mungkin akan heran melihat gaya keluarga ini yang bisa mondar-mandir keliling 5 benua dengan 11 anak.
Kok mereka bisa, kok kami nggak?
Ternyata memang jalan-jalan mereka bukanlah jalan-jalan biasa. Jalan-jalan keluarga ini adalah perjalanan bisnis yang menguntungkan. Pergi bawa dagangan untuk dijual di kota tujuan dan pulang bawa dagangan yang lain untuk di jual di kota asal. Sebuah perjalanan yang menghasilkan banyak keuntungan. Jadi bukan seperti kita yang umumnya menghabiskan semuanya di tempat pelancongan. Menarik ya.
“Ada rahasia besar dari traveling sehingga orang-orang besar menjadikannya sebagai tradisi, yakini dengan traveling dapat membina 4 unsur: unsur fisik, akal, jiwa dan nafsu. Inilah yang mempengaruhi diri manusia. Manusia jadi baik ataupun jadi buruk, jadi sehat ataupun sakit akal, jiwa dan fisiknya, ditentukan oleh keadaan keempatnya.
Jangan kita bayangkan traveling itu jauh, mahal dan memerlukan waktu yang panjang saja. Ini juga bisa dilakukan daily, weekly, monthly, atau yearly. Dan bisa dilakukan di luar negeri, dalam negeri, luar kota, dalam kota, atau sekitar kompleks rumah, berkendaraan ataupun jalan kaki. Tanpa ongkos pun bisa dilakukan. Yang penting ada kemauan untuk membawa keluarga berjalan-jalan sesuai dengan kemampuan masing-masing.” – My Family My Team, hal 308
#9 Kepemimpinan seorang Ayah
Siapa yang bertanggung jawab terhadap sebuah keluarga? Tentunya sang Ayah sebagai pemimpin keluarga. Dalam buku pertama My Family My Team pada bagian terakhir Geni menuliskan testimoni anggota keluarga terhadap imam keluarga, Halilintar Asmid. Sebagai pembaca, kita bisa merasakan bagaimana kekaguman yang tulus datang dari kepribadian yang diperlihatkan sehari-hari.
“Beliau adalah seorang ‘pelayan yang baik.’ Kami tahu itu semua dilakukan untuk memberi contoh kepada kami, walau bagi kami masih terasa sulit untuk meneladaninya, hal yang paling simple saja, misalkan beliau menyetir mobil bepergian bersama kami, beliau akan menurunkan kami di tempat paling mudah bagi kami, misal di lobby, ataupun di lokasi terdekat dengan tempat yang kami tuju, bukannya membawa kami ke tempat parkir menemaninya seperti kebanyakan orang. Begitu juga ketika pulangnya, kami cukup menuju ke exit terdekat. Mudah-mudahan sikap beliau yang sedemikian tidak membuat kami lupa diri, senang diservis, tapi lupa meneladani.” – My Family My Team hal 330.
Jadi kesimpulannya bagaimana? Sebuah keluarga ajaib yang too good too be true? Sama sekali tidak. Mereka adalah keluarga normal yang memiliki banyak anak lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Kita bisa belajar banyak mengenai mengelola keluarga versi keluarga ini. Setiap keluarga memiliki keunikan dan warnanya masing-masing. Dan dalam 3 buku mereka, mereka berusaha membagi warna tersebut kepada para pembaca yang memerlukannya
Sumber :http://shantystory.com/2017/04/08/9-hal-menarik-dari-buku-kesebelasan-genhalilintar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar